Wednesday, December 29, 2010
Makasih inspirasinya
Makasih buat pemberitahuannya, kau membuat blogku semakin unik. Sekali lagi makasih buat my friend Ariz Buditiono
Tuesday, December 28, 2010
On Spensa
Hmmmm gimana ya? Sekolah di spensa tuh seru. Apalagi temen2 7E pada baik2 dan ga ngebiarin gitu deh. Thanks buat temen2 7E udah nemenin aku selama satu semester ini. Tantangan 7E selanjutnya classmeet, kita harus kompak banget. Tapi ga seru abis soalnya cuman futsal. Beuh, ga asik. Tapi ya, spensa tuh asik deh. My bestfriend in 7E
1. Ariz Buditiono
2. Farditya Andhita
3. Helmi Mufidz ( walaupun agak2 kotor pikirannya tapi ga ikut2an )
4. Prabadika Reyhan
5. Randy Raharja
6. M. Iqbal Mahendra
7. Irsanda Riptanto
1. Ariz Buditiono
2. Farditya Andhita
3. Helmi Mufidz ( walaupun agak2 kotor pikirannya tapi ga ikut2an )
4. Prabadika Reyhan
5. Randy Raharja
6. M. Iqbal Mahendra
7. Irsanda Riptanto
Monday, December 27, 2010
FN p90
Submachine gun
FN P - 90
Caliber | 5.7 |
Cartridge type | 5.7 x 28 mm (SS190) |
Dimensions and weight | |
Total weight (with loaded magazine) | 3 700 g |
Total weight (with empty magazine) | 2 800 g |
Overall length | 400 mm |
Barrels length | 260 mm |
Fire characteristics | |
Bullets initial speed | 850 m/s |
Rate of fire | 1 000 rpm |
Practical rate of fire | 50 - 150 rpm |
Magazine capacity | 50 rounds |
Sighting range | 150 m |
In development process designers decided that it should be automatic weapon with small recoil power and easy to use. Such weapon had to change ear
Small cartridge dimensions allowed to increase ammunition in 60%. P-90 submachine gun uses ordinary, tracer bullets, or bullets with subsonic speed, intended to use with suppressor.
A bit later there was built FN "Five-seveN" self-loading pistol chambered for the same SS190 cartridge. "Fabrique Nationale" developers have shown, that it is able to create PDW requirements fitting weapon with ordinary pistol size. Furthermore it's bullet armor-piercing and penetration abilities are almost equal to P-90 submachine gun's abilities.
P-90 design is based on "bullpup" constructional principle. It provides weapon a number of advantages. Firstly it has smaller dimensions comparing with traditional design ones. Weapons built on this principle has about 25% shorter length. Secondly it is ability to fire using only one hand. Thirdly submachine gun's tossing after every shot is decreased, cause barrel and butt-stock are placed in one line, so recoil power is pushing weapon directly backward, but not upward.
It's automatics works on free lock recoil principle. Submachine gun executes single, automatic and 3 shots burst fire. Reloading handles are placed from both sides what is convenient for left-handed soldiers. It has two pistol handles: one main and one additional for better weapons stability.
Barrels box, sight and it's connection bracket are made from black plastic, magazine - from transparent, what allows to control number of ammunition left. Plastic barrel box became a feature for new generation weapons.
Cartridge-cases are thrown off down forward by a special tube. This tube lowers their speed and increase submachine gun stability. Furthermore it makes P-90 comfortable for left-handed soldiers, as ordinary submachine guns used to throw them cartridge-cases into their faces.
P-90 cleaning and oiling is done without dismantling. Solider just takes off magazine and gets full access to submachine gun's mechanisms.
Submachine gun has built-in collimator sight calibered on 150 m range. P-90 has active flash-hider which partly compensates weapons toss energy after every shot. In special operations it is used with suppressor and lower subsonic speed bullets. Laser sight can be additionally placed in the front side.
Insufficient recoil power, "bullpup" scheme, compensator, collimator sight, and ability to fire in burst mode provide good fire accuracy in close combat. Great magazines capacity is also advantage for this weapon. To sum it up P-90 developers created successful new generation weapon, surpassing traditional submachine guns. It's bullet penetration abilities in a short range distances are equal to assault or automatic rifle abilities, with twofold greater magazine capacity and smaller dimaesions
Saturday, December 18, 2010
Hari ini....
Hari ini aku ada di Bandung. Niatnya mau ngelayat keluarga yang meninggal. Innalillahi wa innalillahi rajiuun. Tapi belum berangkat2 gatau kenapa. Emang males sih, masalahnya jauh. Kalo deket mah mau2 aja
Saturday, December 11, 2010
Friend?
Teman? Apakah itu? Aku sendiri pun gak tau apa artinya teman. Karena, kemaren aku baru kehilangan seorang teman. Teman yang sangat berharga. Teman itu tidak mesti harus selalu dekat, yang penting mereka ada di saat kita membutuhkan seseorang. Emang gampang nyari temen, tapi ga gampang nyari sahabat
Sunday, December 5, 2010
Seperti diketahui, Gunung Everest merupakan puncak teratas di dunia dan bagian dari pegunungan Himalaya. Bahkan, gunung ini kerap dijuluki sebagai “atap dunia”. Ketinggiannya mencapai 8850 meter di atas permukaan laut.
Berlokasi di perbatasan Tibet dan Nepal, Gunung Everest menjadi tujuan utama para pendaki gunung dari seluruh dunia. Mereka terobsesi mencapai pucuk paling atasnya. Tapi, hambatan yang umum dirasakan pendaki gunung – selain masalah cuaca dan ketahanan fisik – ialah sulitnya komunikasi. Selama ini, tidak ada pemancar yang sanggup mengadakan jaringan telekomunikasi di sana.
Di sinilah gebrakan ZTE. Mereka mendirikan sekaligus mengaktivasi delapan buah pemancar jaringan 3G di Taman Nasional Gunung Everest pada base camp yang terletak 5180 meter di atas permukaan laut. Walhasil, masyarakat sekitar dan para pendaki gunung bisa menikmati komunikasi suara dan layanan broadband di dataran tertinggi ini. Bertelepon dan berinternet 3G bukan sekadar angan-angan lagi.
Dalam peresmiannya medio Oktober lalu, Aigars Benders (CTO Ncell – operator telekomunikasi asal Nepal) mengungkapkan rasa bangganya. “Anda berada di puncak dunia!” serunya. “Kini, pengunjung sisi selatan Gunung Everest dapat berbagi cerita dan perasaan mereka dalam perjalanan mendaki gunung kepada keluarga dan teman-teman di rumah,” Benders menambahkan.
ZTE juga mendesain stasiun-stasiun pemancar ini dengan prinsip ramah lingkungan. Stasiun dasar mikro berdasarkan platform SDR yang hemat energi, memiliki jejak karbon kecil, dan mudah diinstalasi. Sebuah menara dasar dan diet shelter penghangat juga dipakai di semua stasiun.
Sementara itu, untuk sumber tenaganya, ZTE memanfaatkan panel-panel solar yang dipasang dan mampu menyuplai tenaga sampai satu tahun.
Sumber : www.infokomputer.com
Subscribe to:
Posts (Atom)